Redaktur: Marcell Faldi
Potret Ratoeh Jaroeh Untirta saat
mengikuti kejuaraan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA)
Jakarta. (Foto: Dokumen pribadi Rajata)
|
SERANG, POSISINEWS
– Pasti kalian masih ingat dengan tarian asal Aceh yang ditampilkan pada
gelaran Upacara Pembukaan Asian Games Agustus 2018 lalu. Dikoreograferi oleh
Deni Malik, tarian tersebut membuat banyak orang berdecak kagum, tidak hanya
masyarakat Indonesia namun juga warga Internasional. Namun ada yang perlu diketahui,
tarian yang dibawakan oleh 1.600 penari SMA se- DKI Jakarta itu bukanlah tari
saman, melainkan Ratoeh Jaroe. Meski dirasa mirip namun kedunya memiliki
beberapa perbedaan, yang paling mecolok tari saman biasa dibawakan oleh penari
Laki-laki sedangkan Ratoeh Jaroe diperuntukkan untuk penari Perempuan. Ratoeh
Jaroe, sebelumnya memang sudah populer dikalangan anak SMA seperti di Jakarta,
Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi. Ditampilkannya tarian tersebut di Upacara
Pembukaan Asian Games 2018 membuat banyak orang penasaran dengan apa itu Ratoeh
Jaroe serta perbedanya dengan saman.
Hal tersebutlah yang kemudian
menjadi salah satu alasan beberapa mahasiswa, untuk lebih memperkenalkan Ratoeh
Jaroe di Untirta. 2017 lalu, klub Ratoeh Jaroe Untirta (Rajata) pertama kali
dibentuk. Meskipun sempat pasif diawal keberadaannya namun kini mereka sudah
mulai aktif kembali, dengan melakukan latihan rutin sebanyak dua minggu sekali.
Latihan juga terbuka untuk semua mahasiswa Untirta, yang tertarik dan ingin
belajar bersama, meskipu tidak memiliki kemampuan dasar Ratoeh jaroe. Karena
tujuan pembentukkan klub tari ini untuk memperkenalkan apa itu Ratoeh Jaroe.
“Dasarnya mau memperkenalkan ratoeh
jaroe ini nggak hanya di Jakarta, tapi di Serang juga. Intinya mau
memperkenalkan Ratoeh Jaroe dan membuat orang nggak salah kaprah antara saman
dengan Ratoeh Jaroe. Karena Saman sama Ratoeh Jaroe itu beda, terus yang kedua
sebagai wadah anak-anak yang emang mau mempelajari Ratoeh Jaroe, bahkan yang
dulunya pernah ikut tari ini dan bingung mau ikut lagi. Nah, kita buat karena di
sini (Untirta) dan Serang belum ada,” jelas Vidi Pangestu, salah satu pendiri
Klub Ratoeh Jaroe Untirta, Senin (29/4).
Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2017 ini
pun menuturkan, bahwa ada berbagai respon yang ditunjukkan untuk Klub ini, baik
yang berbau negatif maupun positif. Yang paling membekas dan sempat membuat
semua anggota klub merasa Down adalah ketika tidak mendapat dukungan dari
Presiden Mahasiswa (Untirta) sendiri, saat mereka mengajukan diri untuk menjadi
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Untirta.
”Memang ada beberapa respon yang
bilang ‘kan sama aja seni-seni juga’ cuma balik lagi kita itu ingin
memperkenalkan sesuatu yang berbeda. Banyak banget yang ngeremehin juga, buat
apa ada Ratoeh Jaroe, nggak bakal laku, nggak bakal ini, nggak
bakal itu. Banyak sih stigma negatif tapi balik lagi, antusias dari kita,
semangat dari kita mau bertahan, menunjukkan eksistensi, menunjukkan bahwa kita
ini bisa. Kita harus sabar,” ungkap Vidi.
Benar saja, kesabaran berbuah
manis. Dimana pada tanggal 20 April lalu Ratoeh Jaroe Untirta memboyong dua
piala dari kejuaraan pertama yang mereka ikuti. Kejuaraan se-Jabodetabek ini berlangsung
di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) Jakarta. Pencapaian tersebut
menjadi salah satu bentuk keseriusan dan kegigihan klub Ratoeh Jaroe Untirta
untuk terus berkarya. Vidi menuturkan, “Alhamdullilah kita masuk juara dua,
sama favorit satu mudah-mudahan kedepannya bias jadi juara satu dan gak Cuma di
Jabodetabek kalo bisa sih bisa masuk ke nasional,” tuturnya.
Nisaudz Dzikriyyah (19), salah satu
anggota Rajata juga berharap “Semoga Ratoeh Jaroe lebih maju, lebih banyak anggotanya,
banyak peminatnya, dan diakui oleh untirta, serta bisa diangkat sebagai
UKM. Tentunya bisa lebih memperkenalkan
Ratoeh Jaroe ini sendiri di Untirta,” ujar mahasiwa jurusan Pendidikan Guru
PAUD itu. (FMU/MF/POSISINEWS)
0 Comments