Reporter: Rosinta Amalia
Redaktur: Abdul Ghani Tawadhi


Penampilan Vira saat acara Tirtayasa Tradisional Festival (Dok. Pribadi)



SERANG, POSISINEWS – Tari tradisional merupakan tarian yang berasal dari masyarakat suatu daerah dan sudah menjadi budaya masyakat di Indonesia. Banyak sekali ragam tari tradisional yang sudah menghiasi Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Sebagai warga Indonesia kita harus menjaga dan melestarikan kebudayaan Bangsa Indonesia, kita bisa mencoba untuk mempelajari dan mengetahui tetang tari tradisional. Dengan begitu kita sudah membantu melestarikan budaya Indonesia.

Seperti seorang mahasiswi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang tertarik untuk mempelajari Seni Tari Tradisional. Vira Adelia merupakan mahasiswi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

Ia mulai belajar menari sejak kelas 5 SD, baginya menari adalah menjadi suatu hobby. Ia merasa senang ketika membawakan sebuah tarian yaitu tarian tradisional khususnya. Dan mulai berlatih disebuah sanggar yaitu sanggar Bale Seni Ciwasiat, Pandeglang.

“Saat itu waktu saya SD kelas 5 ada tugas untuk praktek tari tradisional, nah pada saat itu saya latihan disebuah sanggar dan pada akhirnya saya mengikuti latihan rutin di sanggar pada hari sabtu dan mulai tumbuh rasa senang dan nyaman ketika saya latihan menari di sanggar tersebut. Dari situ kita bisa lebih banyak kenal dengan orang banyak berkomunikasi dan berinteraksi dengan oran-orang disana pula,” terang Vira, Minggu (28/4).

Motivasi terbesar Vira mempelajari seni tari adalah ingin melestarikan kebudayaan Indonesia yang kurang dikagumi oleh kalangan remaja. Selain itu dari menari juga ia bisa pergi keliling luar kota, bisa berkunjung ke tempat yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Namun, menari tidak semudah dengan apa yang dilihat, kita harus tahu teori atau dasarnya. Menari perlu adanya ketelitian dan konsentrasi saat bergerak atau bisa disebut dengan wiraga, wirasa, dan wirama. Dalam arti, saat menari badan kita harus bergerak selaras dengan irama, terampil dan menjiwai.

“Kesulitan sih pasti ada kaya misalnya salah satu basic dalam tari itu rengkuh. Rengkuhnya itu harus bener-bener yang bagus yang dilihatnya itu juga enak. Kesulitannya juga pasti ada, kesulitan dalam menghapal, kesulitan dalam meniru gerakannya, kesulitan dalam mengikuti pola lantainya dan lain lainnya juga,” ungkap Vira.

Ia sempat berhenti berlatih menari selama 2 tahun dan mulai aktif kembali saat kuliah semester 3. Saat itu ia meresa canggung dan tidak enak hati untuk datang ke sanggar.

 “Pernah ngerasa down pas kelas 3 SMA itu sempat pernah berhenti dulu  buat latihan karena kan lagi focus UN nah dari situ sampai semester 1 atau 2 gak berani yang namanya ke sanggar karena malu sudah tidak penah latihan. Pas lagi mentas juga kadang ada orang yang ngebuat down gitu, kenapa sih aku bisa salah kaya gini,” tambahnya.

Perempuan kelahiran Pandeglang, 06 Agustus 1999 ini sudah banyak mendapatkan prestasi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten sejak kelas 2 dan kelas 3. Di kampus mendapat  juara 1 dari perwakilan kelas yang diadakan oleh jurusan.

Bahkan ia berkesempatan untuk mengisi program acara Brownis di Trans TV dengan membawakan tarian tradisinoal, yaitu tari rampak bedug, tarian khas dari Banten. Vira  juga mengungkapkan bahwa ia sangat bangga.

"Perasaannya ya bangga banget, happy banget karena bisa muncul di TV. Walaupun cuma sebentar, tapi setidaknya kita tahu kalau dunia entertainment itu seperti apa dan keluarga pun ikut senang juga," ucap Vira.

Menurut Vira Adelia seni tari adalah sebuah seni dilakukan dengan cara menggerakan tubuh yang diiringi oleh musik dan irama. Ia juga berharap semoga warga indonesia khususnya remaja yang masih semngat untuk berkreativitas dan beraktivitas lebih mencintai budaya Indonesia dibandingkan budaya luar, bukan saja mencintai tetapi bisa mempelajari dan melestarikan budaya Indonesia. (RA/AGT/POSISINEWS)