Beda Cara Memperingati Kelahiran Kartini

Reporter: Suliana KH
Redaktur: Tasha Meyra Gusmawati

Perayaan hari Kartini (sumber: Net)

POSISINEWS – Habis Gelap Terbitlah Terang. Begitulah kalimat yang sering kita dengar saat mempelajari sejarah hidup Raden Ajeng Kartini atau yang biasa kita kenal dengan Kartini. Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 ini merupakan seorang tokoh bangsawan Jawa yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Semasa hidupnya, Kartini telah memperjuangkan hak-hak wanita agar memperoleh kebebasan otonomi terutama dalam bidang pendidikan dan persamaan hukum.

Kegigihan Kartini menginspirasi banyak pihak. Sebut saja pendirian Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, diciptakannya lagu Ibu Kita Kartini oleh W.R Soepratman, hingga penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus pentapan hari lahir Kartini sebagai hari besar yang patut diperingati setiap tahunnya oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presisen Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964. Umumnya, peringatan Hari Kartini hadir sebagai penghormatan atas wujud perjuangannya dalam mempelopori gerakan emansipasi wanita.

Walaupun beberapa dekade sudah Kartini meninggal dunia, masyarakat tetap antusias memperingati Hari Kartini dengan berbagai cara. Umumnya, peringatan Hari Kartini identic dengan peragaan busana adat dan berbagai perlombaan, seperti yang dilaksanakan di SD, SMP dan SMA Sederajat.
Seperti halnya peringatan Hari Kartini di SMK PGRI 1 Tangerang. Di sekolah swasta itu, Hari Kartini diperingati dengan menggunakan kostum kebaya bagi siswi perempuan dan diselenggarakannya berbagai perlombaan.

Kania Febrina, sebagai OSIS SMK PGRI 1 Tangerang, mengungkapkan seremonial itu merupakan tradisi yang telah berlangsung lama. Ia mengungkapkan bahwa seremonial ini dilakukan untuk mengenang jasa Kartini sebagai pahlawan perempuan yang lahir di tanah Jawa dan identik dengan kebaya sebagai baju adatnya. Berbagai perlombaan dikorelasikan dengan perjuangan Kartini dalam mencapai tujuannya. Lewat perlombaan, para siswa dididik untuk berusaha dalam mencapai keberhasilan.

“Pakai kebaya buat perempuan karena kebaya sendiri kan pakaian tradisional Indonesia, khususnya pulau Jawa. Nah, Kartini sendiri pejuang emansipasi wanita, jadi tahunanku dibuat pakai kebaya. Tujuannya kayak mengenang perjuangannya Kartini atas hak-hak perempuan. Selain itu, sih, tujuannya kurang lebih supaya siswa gak mudah lupa sama perjuangan Kartini-nya sendiri,” ujarnya.

Tak hanya dengan seremonial, Hari Kartini juga biasa diperingati baik dengan diselenggarakannya berbagai diskusi maupun orasi.

Seperti yang dilakukan Sufi, seorang aktivis perempuan yang tergabung dalam Barisan Perempuan (Baper) Banten, mengatakan peringatan Hari Kartini termasuk hari besar yang penting baginya. Peringatan itu ditujukan untuk merefleksikan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan Kartini semasa hidupnya. Ia lebih memilih memperingati Hari Kartini dengan berdiskusi mengenai perjuangan Kartini hingga isu-isu mengenai perempuan di masa kini bersama pihak internal Baper. Baginya, diskusi merupakan sarana memperoleh pengetahuan baru guna menjadi insan yang berpendidikan luas, seperti apa yang dicita-citakan oleh Kartini.

“Untuk merefleksi apa yang telah diperjuangkan Kartini penting menurutku. Untuk Baper sendiri, kita refleksi untuk berdiskusi di grup Whatsapp. Karena bagi kita, perayaan Kartini bukan untuk semacam seremonial saja, tapi untuk memahami maknanya,” ujarnya.

Ia juga mengatakan penghormatan atas jasa Kartini seharusnya tidak hanya pada hari kelahiran Pahlawan Wanita. Lebih dari itu, penghormatan atas jasanya dapat kita lakukan dengan melanjutkan apa yang menjadi cita-cita Kartini dengan terus belajar dan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam berbagai keadaan dan waktu.

“Bukan hanya pada tanggal 21 April, tapi sepanjang hayat kita bisa membangun diskusi untuk memahami beberapa topik nasional dan internasional bukan melulu tentang perempuan tapi juga pengetahuan lain,” lanjutnya.

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memperingati Hari Kartini. Setiap orang maupun kelompok memiliki caranya sendiri dalam memperingati Hari Kartini. Masing-masing dari mereka memiliki pandangan sendiri mengenai makna perjuangan Kartini. Perbedaan dalam memperingati Hari Kartini bukanlah sebuah hal yang harus kita perdebatkan selagi hal tersebut positif untuk dilaksanakan karena hal demikian turut memperkaya tradisi budaya kita, Indonesia. (SKH/TMG/POSISINEWS)

Post a Comment

0 Comments