Reporter: Suliana KH
Redaktur: Riri Alya Hidayati


Ilustrasi Takjil Tinggi Gula (Sumber: Net)


POSISINEWS – Berbukalah dengan yang manis-manis. Kalimat tersebut sering kita dengar di bulan Ramadan. Makanan dan minuman manis kerap dijadikan takjil saat berbuka. Karenanya, hidangan tinggi gula tersebut menjadi buruan utama di bulan Ramadan. Mulai dari minuman seperti es kelapa muda, es campur, sop buah, sirup, hingga berbagai jenis makanan seperti kue basah, roti, dan gorengan. Kita dengan mudah menemui segala jenis hidangan tersebut dijajakan di berbagai sudut jalan.

Miranda Dwi Lestari (19) mengungkapkan kecintaannya pada hidangan manis. Saat bulan Ramadan seperti saat ini ia tak pernah melewatkan satu hari berbuka tanpa sop buah. Hidangan tersebut menjadi santapan pertama yang ia konsumsi saat waktu berbuka tiba.

“Berbuka pasti makan sop buah. Kalau sahur minum teh manis setiap hari karena kalau tidak ada yang manis seperti ada yang kurang di lidah saya,” ujarnya.
Mengonsumsi hidangan manis menjadi kebutuhan bagi tubuh tak terkecuali saat berpuasa. Kandungan gula yang terdapat dalam hidangan tersebut akan diubah menjadi glukosa dalam tubuh. Selanjutnya hormon insulin yang dihasilkan pankreas akan membuka jalan bagi glukosa untuk masuk ke dalam sel-sel tubuh dan diubah menjadi energi.

Dokter Umum yang bertugas di Klinik Ikhlas Medika 2, Yuda Nabella Prameswari (26) menjelaskan, asupan gula berfungsi sebagai sumber energi yang menjaga tubuh kita tetap bugar selama berpuasa.

“Kita satu hari puasa 14 jam lebih, saat itu kita kurang energi, makanya kita dianjurkan mengonsumsi yang manis dulu. Itu untuk mencegah hipoglikemik (kurangnya kadar gula dalam tubuh) yang bisa bikin lemas, lunglai, dan tidak bergairah begitu,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya Selasa (14/5).

Dilansir dari jurnal American Health Association (AHA) dan World Health Organization (WHO), seseorang membutuhkan asupan gula sebanyak 25 gram atau setara dengan 6 sendok teh setiap harinya. Jumlah tersebut merupakan batas maksimal konsumsi gula tambahan dan tidak termasuk konsumsi gula alami. Sehingga, saat puasa kita harus pandai membagi jumlah tersebut untuk dua kali waktu makan yaitu saat sahur dan berbuka.

Dokter lulusan Universitas Diponegoro ini juga menjelaskan, konsumsi gula sebaiknya diperbanyak saat sahur guna menjadi sumber energi penopang aktivitas saat berpuasa.

“Cukup aja sekitar tiga sampai empat sendok saat sahur, sisanya saat berbuka. Konsumsi banyak memang saat sahur karena kan untuk simpanan energi saat berpuasa,” ujarnya.

Ia menambahkan, konsumsi gula juga harus disesuaikan dengan kadar gula darah.

“Kita lihat dulu punya riwayat diabetes melitus atau tidak dari keluarganya dan kita sendiri ada faktor resiko tersendiri tidak. Misalnya kadar gula kita ternyata sudah 185, itu kan sudah border line ya. Itu perlu kita batasi jangan konsumsi gula berlebih, setidaknya sudah manis dan kita sudah tidak lemas, ya sudah cukup,” tambahnya.

Selain membawa manfaat, mengonsumsi gula dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan. Di bulan Ramadan, sering kali kita terlalu banyak mengonsumsi hidangan tinggi gula. Padahal sejatinya setiap makanan maupun minuman pasti memiliki kandungan gula di dalamnya. Jika tidak ada kontrol diri, bukan tidak mungkin kadar gula darah akan meningkat.

Kadar gula darah berlebih akan diserap oleh sel-sel lemak. Saat hal itu terjadi, kinerja hormon leptin atau hormon rasa kenyang akan terganggu. Hormon ini berfungsi untuk memberi sinyal pada otak bahwa tubuh dalam kondisi kenyang saat lambung sudah terisi.  Namun, tingginya kadar gula akan memblokir jalan hormon leptin sehingga seseorang terus makan tanpa henti. Pada akhirnya kondisi ini akan membuat seseorang mengalami kegemukan hingga obesitas.

Selaras dengan penjelasan Yuda, menurutnya mengonsumsi gula berlebih dapat memicu sejumlah penyakit.

“Bahayanya pasti yang pertama gula darah berlebihan. Konsumsi (gula) berlebihan ditambah ada faktor keturunan diabetes melitus dan faktor eksternal dari makanan itu bisa memicu diabetes melitus. Selain itu bisa kena obesitas dan penyakit jantung,” jelasnya.

Mengonsumsi sesuatu secara berlebihan memang tidak baik, begitu pun dengan asupan gula. Kita harus pandai dalam mengatur porsi asupan gula setiap harinya. Setiap makanan pasti mengandung gula, oleh karena itu kita dituntut untuk mengetahui kadar gula dalam setiap hidangan yang kita konsumsi. Pengetahuan mengenai itu dapat kita temukan di berbagai jurnal gizi maupun kesehatan. Untuk produk kemasan kita dapat mengetahuinya dengan membaca label komposisi dan tabel nilai gizi pada kemasan.

Selain itu, pemenuhan kebutuhan gula saat berpuasa dapat kita penuhi dengan mengonsumsi gula alami yang terdapat diberbagai jenis buah dan sayur. Dengan begitu kita akan terhindar dari berbagai penyakit akibat kekurangan maupun kelebihan kadar gula dalam darah. (SKH/RAH/POSISINEWS)