Reporter : Audia Afra
Redaktur : Rezka Listiani Sinaga



Dewangga yang memiliki keterbelakangan mental dengan ibunya di GOR Sumantri Brojonegoro, Jakarta. (21/10)


POSISINEWS – Keterbelakangan Mental atau down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, dan kelainan fisik yang khas. Sebagian penderita dapat mengalami kelainan yang ringan, tetapi sebagian lainnya dapat mengalami gangguan yang berat bahkan hingga menimbulkan penyakit jantung.

Pada tanggal 20 Oktober tahun lalu Indonesia kembali menjadi tuan rumah dalam acara kompetisi ASEAN Autism Games 2018 yang berlokasi di GOR Sumantri Brojo Negoro, Kuningan, Jakarta. Acara perlombaan yang bertujuan untuk menjalin persahabatan tersebut juga disertai perebutan medali emas, perak, dan perunggu. Salah satunya yaitu Dewangga Kanahaya Iskandar yang berhasil merebut medali emas dalam pertandingan lari 50 meter dan 100 meter untuk kategori putra usia 11-15 tahun.

Namun, saat Dewangga diwawancari oleh salah satu reporter televisi swasta (21/10), Dewangga mengatakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan oleh reporter tersebut. Karena kejadian tersebut, beberapa netizen membuat humor mengenai kesalahan yang dibuat oleh Dewangga dan menjadi viral di media sosial Instagram.

“Menurut saya, segala jenis penyakit tidak pantas dan tidak baik dijadikan bahan candaan karena hal ini terkait dengan kekurangan dan kelemahan orang lain. Bila berkaitan dengan kekurangan dan kelemahan, sebaiknya tidak dijadikan perbincangan apalagi bahan candaan yang punya potensi menghina orang lain,” ujar Dosen Psikologi Komunikasi Deviani Setyorini (40) saat diwawancarai melalui email (15/4).

Membuat humor mengenai keburukan seseorang tentu tak layak. Tetapi di Indonesia tercatat ada sekitar 15 ribu kasus pembullyan atau membuat bahan candaan terkait orang yang terkena down syndrome. Sebagai orang tua yang memiliki anak dengan keterbelakangan mental harus lebih sabar untuk menghadapi banyak kritikan dari orang lain mengenai anaknya.

Saran saya kepada kalian yang pernah melakukan pembullyan terhadap orang yang memiliki kelainan downsyndrom jangan ulangi lagi tindakan kalian tersebut dan jika kalian sedang melakukannya hentikan sejak sekarang.” ujar Desmi (18), Mahasiswa Agroekoteknologi.

Devi juga mengatakan akan lebih baik apabila kekurangan dan kelemahan tersebut dapat dibantu diperbaiki, atau kalau tidak bisa, dapat ditutupi. Bila ingin bercanda, masih banyak hal lain yang bias dijadikan materi candaan selain kekurangan atau kelemahan orang lain.

“Bila kejadian ini terulang, sebaiknya diberitahukan kepada yang membuat bahan candaan tersebut agar mengubah bahan candaannya. Tentunya pemberitahuan ini disampaikan dengan cara yang santun, tidak marah-marah dan di waktu yang tepat. Dan disertai juga dengan alasan mengapa hal tersebut tidak baik dilakukan karena dapat berpengaruh pada perkembangan anak yang terkena down syndrome tersebut dan juga becandaan tersebut apabila dilakukan di ruang public atau ditonton orang banyak dapat memberikan pengaruh yang tidak baik. Pengaruh tersebut  dapat berupa persepsi mengenai penyakit down syndrome yang tidak sesuai yang dimiliki orang-orang yang belum mengetahuinya,” tutupnya (AA/RLS/POSISINEWS)