Mulyati, Mendapat Pengalaman Melalui Aktifitas Naik Gunung


Reporter : Audia Afra
Redaktur : Abdul Ghani T


Mulyati, Mahasiswi Pendidikan Biologi yang gemar mendaki gunung. Jumat (8/3)

SERANG, POSISINEWS – Mulyati adalah mahasiswi semester akhir dengan berbagai pengalaman yang baru berusia 21 tahun. Ia merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dan memiliki saudara kembar. Mahasiswi kelahiran tahun 1997 yang akrab dipanggil Tu'eng ini memiliki hobi membaca buku dan kegiatan naik gunung. Saat ini Mulyati merupakan mahasiswi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan pendidikan Biologi tahun 2015.

Kesukaannya dalam mendaki gunung terbukti sewaktu duduk dibangku sekolah di MAN 2 Cilegon, saat itu ia tidak mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam (GEMPA) di sekolah. Saat ia mengikuti event yang dibuka oleh GEMPA di sekolahnya mengenai naik gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang Banten, dengan ketinggian 1.346 meter. Semenjak saat itu Mulyati suka dengan kegiatan ekstrakulikuler pecinta alam.

“Alasan saya menyukai kegiatan naik gunung, karena ada yang nampung dan bersangkutan dengan cita – cita saya yaitu menjelajahi Indonesia dengan cara naik gunung” tuturnya.

Mahasiswa yang dulunya mengikuti ekstrakurikuler Paskibra, Pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR) ini juga pernah mengikuti perlombaan Orienteering saat berada dibangku perkuliahan. Saat ini dia sudah menjelajahi beberapa gunung di Jawa Barat dan Jawa Tengah yaitu Gunung Gede Pangrango, Gunung Slamet, Gunung Merbabu, Gunung Ceremai, dan Gunung Papandayan.

“Selama saya mengikuti kegiatan ini, saya seperti menemukan jati diri ” ujarnya.

Mulyati mendapatkan kebebasan dari orang tuanya sejak SMA, maka dari itu orang tuanya mendukung ia untuk mengikuti kegiatan pecinta alam di kampusnya. Pada awalnya orang tua Mulyati khawatir saat ia ingin mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) MAPALA. Walaupun orang tuanya mengizinkan mengikuti kegiatan tersebut, Mulyati mendapat syarat harus cepat lulus kuliah.

“Orang tua saya mensuport penuh saat saya ingin mengikuti UKM MAPALA, karena itu saya bisa bertahan sampai saat ini” ucapnya.

Menurutnya, sebagai mahasiswa kita harus mengimbangi tuntutan ilmu dengan berorganisasi, karena banyak pelajaran seperti berkomunikasi hadapan umum, mengikuti orasi dan lainnya bisa didapatkan melalui berorganisasi.

“Saya juga jadi merasa punya banyak teman dimana saja dan memiliki banyak pengalaman melalui kegiatan itu, dan dari kegiatan mendaki gunung saya bisa melihat sifat asli mereka.” Ungkapnya

Suka duka yang didapatkan olehnya tak sedikit, tetapi lebih banyak suka dibanding duka. Duka yang didapat yaitu dari orang tuanya yang terkadang tidak mempercayai Mulyati saat ia memilih untuk menetap di Sekretariat Mapala saat menjadi Sekretaris umum. Karena tidak dipercaya, Mulyati berusaha untuk membujuk orang tuanya untuk mendapatkan kepercayaan dengan menjelaskan keadaannya saat ini.

“Saat dikelas saya merasa di jauhi oleh teman-teman saya, karena mungkin saya setiap selesai kelas langsung ke sekret dan kurang bergaul sama yang lain. Pada saat saya semester 5 – 6 lagi puncak-puncaknya semester banyak tugas,” ucapnya.

Dosen-dosen yang mengajar di kelasnya sudah mengenal Mulyati karena kegiatannya mendaki gunung. Karena sudah dikenal banyak dosen, dia harus menjaga imagenya agar tidak merusak nilai akademik dalam perkulihannya.

“Cita-cita saya pengen naik ke gunung tertinggi di Indonesia,ucapnya.

Karena kesukaannya dalam mendaki, Mulyati berniat ingin melatih kemampuannya lagi di Lembaga atau Komunitas yang mewadahi orang-orang pecinta alam atau bukan pecinta alam yang disebut Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung).

“Motivasi saya, saya harus menjadi diri sendiri” ucapnya.

Menjadi mahasiswa semester akhir tentu harapannya hanya ingin lulus dan melanjutkan aktivitas yang sudah direncanakan. Selagi menyusun skripsi, Mulyati tetap melakukan kegiatan pecinta alam berupa naik gunung. Menurutnya dengan naik gunung bisa merelaksasikan pikirannya, melepas beban berat dengan melihat keindahan alam di puncak gunung.


“Jadilah wanita yang tangguh dalam artian dia bisa mendewasakan diri, bisa menempatan diri sebagai perempuan, tuturnya. (AWD/AGT/POSISINEWS)


Post a Comment

0 Comments