Reporter : Fuji Mega Utami
Redaktur : Tasha Meyra G.

Penggunaan tas kain saat berbelanja di pasar (sumber: Ssewn)

PosisiNews – Hampir semua hal yang dilakukan manusia bersinggungan dengan plastik. Bahan yang mulanya diciptakan untuk mempermudah kehidupan, kini justru membuat bumi kepayahan. Mulai dari datangnya banjir serta banyaknya biota laut yang mati tersedak plastik menjadi bukti bahwa planet ini sedang darurat sampah plastik. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyebutkan 16% dari total sampah nasional adalah plastik. Jika sudah begini kita tidak dapat menolak akibatnya, yang bisa dilakukan adalah memulai kebiasaan baik untuk mengurangi dampak yang terjadi. 

Salah satunya dapat mencoba gaya hidup yang belakangan sedang populer, yakni 'Minim Sampah' atau 'Zero Waste'. Bea Johnson, penulis berkebangsaan Prancis menjadi salah satu penggiatnya sejak tahun 2008. Dalam buku berjudul 'Zero Waste Home', ia menceritakan bagaimana menjalani kehidupan bersama keluarganya dengan hanya menyumbangkan satu liter sampah per tahun, melalui 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot) atau yang dalam bahasa Indonesia adalah Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Daur Ulang, Membusukkan. 

Di Indonesia sendiri, sudah banyak gerakan yang menyuarakan untuk memulai gaya hidup 'Minim Sampah', salah satunya adalah 'Saya Pilih Bumi' yang digagas oleh National Geographic Indonesia. "Awalnya, ini adalah sebuah campaign dari National Geographic Indonesia, karena kami pada bulan Juni mengeluarkan edisi bumi atau plastik. Kemudian dari kampanye tersebut kami angkat menjadi kampanye sepanjang tahun" tutur koordinator gerakan Saya Pilih Bumi, Diky Wahyudi Lubis. Ia juga menjelaskan bahwa membawa gerakan perubahan perilaku sehari-hari untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan menjaga bumi serta isinya, yang dimulai dari diri sendiri merupakan tujuan utama dari kampanye ini. 

Beberapa hal dapat kalian lakukan, ketika ingin mencoba gaya hidup ‘Minim Sampah’. Di antaranya, menggunakan sedotan berbahan stainless steel, kaca, ataupun bambu untuk menghindari penggunaan sedotan plastik sekali pakai. Kedua, kalian dapat juga beralih menggunakan tas belanja sendiri, seperti yang dilakukan oleh Rosika Febri Astuti (22) dan Dyas Aulia Shasqi (20). 

“Hampir lima bulan ini pake reusable straw, stainless steel, pake shopping bag juga. (Saya) gampang baper orangnya. Apalagi kalo liat hewan yang terkena dampak negatif dari limbah plastik, jadi ingin mengurangi limbah plastik. Mengurangi ya, bukan tidak menggunakan. Karena rasanya impossible untuk saat ini tidak menggunakan plastik sama sekali,” tutur mahasiswi Untirta pelaku pemula gaya hidup ‘Minim Sampah’.

Sementara itu, Dyas Aulia Shasqi (20), mahasiswi Brawijaya yang juga pelaku pemula gaya hidup ‘Minim Sampah’, mengungkapkan alasan dirinya beralih untuk menggunakan sedotan reusable. “Karena reusable straw bisa dipakai berulang-ulang, nggak nyampah. Manfaat untuk diri sendiri, pastinya terbebas dari bahan kimia yang terkandung di sedotan plastik, yang dampaknya mungkin akan kita rasakan nanti. Kalau untuk lingkungan tentunya akan mengurangi sampah, terlebih sampah plastik yang sudah mengancam kehidupan kita, juga biota laut” ungkap wanita yang biasa disapa Das itu.

Berbeda dengan kedua mahasiswi tadi, Camia Camira (32), memiliki cara tersendiri untuk ikut serta dalam melakukan gaya hidup minim sampah ini. Wanita asal Bandung ini bersama temannya bernama Puteri Astari, membuat produk lokal bernama SSEWN, di mana mereka menjual tas berbahan serat daur ulang, katun organik, dan linen.

“Milih reusable bag karena balik lagi menurut kita paling sederhana dan impact-nya lumayan besar buat ngurangin ‘tabungan’ plastik. Horor juga sih pas awal-awal ngeh kalo sebenernya kita cuma pake kantong plastik, palingan umurnya cuma 30 menit. Jajan di mini market pake kantong plastik, begitu sampe rumah si plastik ini langsung dibuang terus sampahnya nggak ilang gitu aja, malah makin numpuk, dan seterusnya waaaa panjang kalo dirunut, hahahaha” jelas pemilik SSEWN ini.

Uniknya selain menjual tas kain, mereka pun melakukan gerakan bernama #lifelessplastic kepada para konsumennya. Hal ini pun mendapatkan respon yang baik dari konsumen SSEWN sendiri. “Kalo liat dari postingan dan antusias buat ikut campaign #lifelessplastic ini kayanya udah lumayan banyak”, tambah Camia.

Apakah kalian tertarik untuk mencoba gaya hidup yang satu ini? Selain bermanfaat bagi diri sendiri, juga bermanfaat bagi keberlangsungan hidup makhluk lain. Tidak usah sesempurna Bea Johnshon, kalian bisa mencoba hal sederhana seperti yang dilakukan wanita-wanita hebat di atas tadi. (FMU/TMG/PosisiNews)